Sabtu, 04 Februari 2017

Sebenarnya hingga akhir abad 19 telah ada puluhan ekspedisi ilmiah kelautan dari Eropa dan Amerika yang pernah menjelajahi peairan Nusantara (van Aken,2005). Sasaran penelitian pada umumnya   meliputi bidang biologi, geologi, oseanografi fisika dan kimia. Namun semua hasil ekspedisi pada waktu itu di bawa ke negeri asal pelaksana ekspedisi untuk dimiliki, diolah dan diterbitkan. Laut Nusantara hanya sekedar sebagai objek penelitian saja. Ini disebabkan karena hingga saat itu memang riset kelautan belum dianggap penting di negeri ini. Riset yang telah berkembang lebih menekankan pada riset yang ada kaitannya dengan masalah pertanian di darat untuk mendukung ekonomi kolonial Hindia-Belanda. Kehadiran lembaga riset kelautan belum dirasakan sebagai kebutuhan.

Salah  satu  lembaga  terpenting  yang  melaksanakan  riset  di  Nusantara,  yang  telah mempunyai sejarah panjang, adalah Kebun Raya di Bogor, yang pada awalnya  dikenal  sebagai ‘s Land Plantentuin te Buitenzorg. Kebun Raya ini didirikan oleh Pemerintah Hindia-Belanda pada tanggal 18 Mei 1817 atas prakarsa Dr. C. G. C. Reinwardt.  Dalam perjalanan sejarahnya Kebun Raya ini maju sangat pesat ketika dipimpin oleh Dr. Melchior Treub dalam kurun 1880-1905.  Dalam masa kepemimpinannya Kebun Raya berkembang menjadi sebuah lembaga yang mempunyai banyak bagian meliputi bidang botani, zoologi, pertanian dan hortikultura. Pada tahun 1894   ‘s Land Plantentuin mendirikan anak lembaganya yang bernama   Landbouw Zoologische  Laboratorium    (Laboratorium    Zoologi  Pertanian),  yang  kelak  lebih  dikenal sebagai Museum Zoologicum Bogoriense (Museum Zoologi Bogor). Sejak didirikan, museum ini berkembang pesat dengan penelitian-penelitian fauna darat, sedangkan fauna akuatik, khususnya  penelitian fauna laut sama sekali belum terjamah. Pada tanggal 10 Januari 1898 Dr. J. C. Koningsberger diangkat menjadi kepala laboratorium ini.  Pakar ini mempunyai perhatian yang sangat luas, tidak saja pada fauna darat tetapi juga pada fauna laut.

Dalam  tahun  1903  Koningsberger  melakukan  penelitian  mengenai  teripang,  yang hasilnya diterbitkan dalam Meededelingen uit ‘s Land Plantentuin (Laporan Kebun Raya) tahun 1904, dengan judul “Tripang en tripang visccherij in Nederlandsch Indie” (Teripang dan perikanan teripang di Hindia Belanda). Dari pengalamannya itu, ia makin merasa perlu adanya asisten yang dapat menangani fauna laut yang mempunyai nilai penting dalam perikanan. Hal ini juga untuk lebih mengangkat dan menyejajarkan penelitian fauna laut dengan penelitian fauna darat yang sudah berkembang jauh.

Koningsberger berpendapat bahwa penelitian fauna laut akan dapat dilakukan dan bisa berkembang apabila disediakan tempat khusus atau laboratorium tersendiri untuk itu. Ia pun mulai mengambil prakarsa untuk memuwujudkan impiannya itu dengan membuat konsep rencana yang mencakup pengembangannya, sumber pendanaan, lokasi, dan tenaga yang diperlukan. Ia menjajakan gagasannya kemana-mana dan ternyata mendapat tanggapan dan dukungan positif dari berbagai kalangan, tidak saja di Hindia-Belanda tetapi juga di Holland. Dr. Melchior Treub, atasannya, yang menjadi Direktur Kebun Raya Bogor, memberikan dorongan yang sangat membesarkan hati. Upayanya untuk menggalang dana (fund raising) di Holland berhasil pula mengumpulkan dana yang cukup besar dari para dermawan di sana.

Gambar 1. Visscherij Laboratorium te Batavia (Laboratorium Perikanan di Batavia) yang sangat sederhana di bangun di kawasan Pasar Ikan tahun 1905, oleh Dr. Koningsberger (foto dalam inzet). (Sunier, 1923)

Untuk mencari lokasi yang tepat untuk pendirian laboratorium, Koningsberger mengarahkan perhatiannya ke Teluk Jakarta, yang dianggapnya cocok. Setelah bekerja keras akhirnya  pada bulan September tahun 1904, pilihannya jatuh pada sebidang tanah yang terletak persis di sebelah utara Pasar Ikan, di bibir pantai yang langsung berhubungan dengan bagian paling selatan Oude Haven Kanal (Kanal Pelabuhan Lama, sekarang Pelabuhan Sunda Kelapa), yang merupakan muara Sungai Ciliwung. Tanah ini milik Pemerintah dan untuk memperoleh hak otorita atas penggunaan tanah itu tidak ditemui kesulitan. 

Dengan persetujuan Pemerintah Kolonial pembangunan laboratorium di kawasan Pasar Ikan itu pun dimulai tahun 1904, yang ternyata memerlukan waktu hampir setahun untuk dapat selesai. Laboratorium yang dibangun itu merupakan gedung semi-permanen yang kecil dan bersahaja (Gambar 1). Pada pertengahan Desember 1905 pembangunan laboratorium itu selesai,dan disebut sebagai Visscherij Laboratorium te Batvia (Laboratorium Perikanan di Batavia). Momen  itu  dapat dipandang sangat  bersejarah,  karena  merupakan  titik  awal  dimulainya lembaga  kelautan  di Indonesia,  dan  yang  juga  merupakan  cikal  bakal  Pusat  Penelitian Oseanografi LIPI yang sekarang ini.

Gambar 2. Kapal riset Gier , kapal pertama yang dioperasikan oleh Visscherij Station te Batavia tahun 1904 (Koningsbeger, 1942)

Gambar 3. Kapal riset Brak, mulai dioperasikan oleh Visscherij Station te Batavia tahun tahun 1915. (Sunier, 1921)  

Nama  Visscherij  Laboratorium  te  Batavia  tak  lama  kemudian  berubah  menjadi  Visscherij Station  te  Batavia (Stasiun  Perikanan  Batavia),  nama  yang kelak  lebih  banyak dikenal dalam berbagai literatur. Tahun 1907 stasiun ini sudah dilengkapi dengan kapal riset Gier (Gambar 2) yang merupakan pula kapal riset pertama yang berpangkal di kawasan Asia Timur. Dengan adanya kapal riset ini dimulailah pelayaran-pelayaran untuk mengumpulkan data oseanografi dan perikanan di berbagai perairan Nusantara. Sekitar tahun 1915 laboratorium ini mengoperasikan kapal riset yang baru, Brak (Gambar 3),  hingga pelayaran-pelayaran riset kelautan dapat dilakukan dalam cakupan yang lebih luas lagi.

Gambar 4. Gedung laboratorium selesai dibangun tahun 1922.(Sunier 1923)
Pada tahun 1922 telah selesai dibangun laboratorium yang baru, yang lebih permanen dan lebih besar untuk menggantikan laboratorium yang lama (Gambar 4). Kehadiran laboratorium kelautan yang baru ini segera menarik pehatian dunia, karena merupakan Marine Biological Station yang pertama di kawasan tropis, yang dilengkapi dengan fasilitas kerja yang memadai. Fasilitas bagi peneliti tamu dari manca negara pun disediakan.

Di samping gedung laboratorium dibangun pula gedung akuarium air laut yang besar, yang merupakan akuarium publik (public aquarium) yang pertama di Indonesia, bahkan yang pertama  di  kawasan  Asia  Tenggara  (Gambar  5).  Akuarium  besar  ini  dibuka  untuk  umum tanggal 12 Desember 1923, yang segera menyedot perhatian masyarakat. Akuarium ini bekerja dengan sistem aliran tertutup, yakni air laut yang disimpan dalam reservoir penampungan di bawah tanah dialirkan dan disemprotkan ke dalam akuarium kemudian limpasannya dialirkan  lewat saringan pasir dan kemudian dikembalikan lagi ke reservoir. Dalam akuarium besar ini dipelihara  dan  dipamerkan berbagai  jenis  ikan  dengan  bentuk  dan warna  yang  sangat mempesona. Selain itu ada juga penyu. Di bagian belakang akuarium terdapat pula satu ruangan  besar yang berisikan hamparan terumbu karang dan berbagai biota laut, semua  dalam keadaan kering, yang disusun sedemikian rupa hingga tampak seperti terumbu karang aslinya di laut.

Gambar 5. Gedung akuarium air laut yang terbuka untuk publik tahun1923. (Sunier, 1923).
Di  sekeliling  bangunan  laboratorium  dan  akuarium  ada  taman mewakili tumbuhan yang   biasa hidup di pantai, jadi merupakan suatu yang  tanamannya taman botani kecil (hortus botanicus) yang menambah daya tarik kunjungan masyarakat ke sini. Di taman kecil ini, yang kemudian dinamai Taman Sitinjau Laut, ada pula taman hewan mini (mini zoo) yang memamerkan berbagai jenis hewan pantai seperti buaya, biawak, monyet ekor panjang, bangau tongtong, ular. Pada saat hari libur, apalagi pada hari lebaran, pengunjung akuarium ini selalu membludak. Sampai tahun 1960-an, lokasi ini yang dikenal sebagai Akuarium Pasar Ikan menjadi tujuan wisata yang yang tersohor di Jakarta. Lagu anak-anak yang sangat populer saat itu berjudul  Ke Pasar Ikan, menggambarkannya dengan lirik sebagai berikut:
Hari Minggu, Hari Minggu, ke Pasar Ikan
Dengan Ibu, dengan Ayah, beserta Paman
Kulihat ikan, di dalam kolam
Berbisik-bisik, memberi salam.
Sebagai pelengkap dari akuarium di Pasar Ikan ini, maka pada tahun 1929 dibangun pula akuarium di Pulau Onrust di Teluk Jakarta, yang diperuntukkan khusus untuk penelitian (Gambar 6). Ketika itu kondisi air laut di sekitar Pulau Onrust masih sangat baik, belum tercemar, dan terumbu karang hidup dengan sehat di sekitarnya.   Tidak seperti akuarium di Pasar Ikan yang menggunakan sistem aliran tertutup, akuarium di Pulau Onrust menggunakan sistem aliran terbuka. Dengan sistem ini, air laut segar dari sekitar pulau dipompa langsung dari laut  ke  menara,  dan  dari  situ  lalu  dialirkan  ke bak-bak  akuarium  kemudian  limpasannya dialirkan dan dibuang kembali ke laut. Dengan sistem aliran terbuka ini ternyata berbagai biota laut dapat hidup dalam akuarium dengan kondisi sangat baik, hingga akuarium ini sangat cocok untuk penelitian biologi dan fisiologi berbagai jenis biota laut. Berbagai riset tentang biologi biota laut kemudian dilaksanakan dalam akuarium ini. Verwey (1930) adalah seorang pakar yang menggunakan akuarium di Pulau Onrust untuk penelitian biologi anemone laut dan simbiosisnya dengan ikan giru (damsel fish) yang merupakan rintisan dalam penelitian serupa di berbagai penjuru dunia lainnya.

Gambar 6. Akuarium di Pulau Onrust (Teluk Jakarta) dengan menggunakan sistem aliran terbuka, merupakan media yang sangat baik untuk kajian biologi dan fisiologi biota laut (Verwey, 1930)

Pada pertengahan tahun 1970-an Pemerintah DKI menutup kawasan dan akuarium di Pasar Ikan karena direncanakan untuk dikembangkan sebagai perluasan kawasan Museum Bahari. Laboratorium kelautan ini lalu dipindahkan ke kawasan Ancol yang kelak menjadi Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Namun sayangnya, pembangunan selanjutnya  di Pasar Ikan  itu    terkatung-katung    tidak  jelas,  hingga seluruh kawasan  bekas  Akuarim  itu  kemudian diduduki  oleh  penduduk  dan  berkembang  menjadi kampung dengan penghunian liar yang padat dan semrawut yang dikenal sebagai Kampung Akuarium. Tahun 2016 Pemerinah DKI kemudian menggusur seluruh kawasan Pasar Ikan dan Kampung  Akuarium  dan daerah  sekitarnya  yang  dulu pernah  menoreh sejarah  itu,  untuk dibangun dan ditata kembali menjadi kawasan yang baru.

Gambar 6. Kampung Akuarium dan Pasar Ikan digusur tahun 2016, hingga tak ada lagi jejak peninggalan sejarah awal kelembagaan kelautan kita. http://jakarta.108jakarta.com/2016

----- Anugerah  Nontji (04/02/2017)



PUSTAKA

Koningsberger, J. C. 1942. Herinneringen uit mijn Directeurjaren ‘s Land Plantentuin (1909-
1918). In:   M. A. Donk. “Hortus Botanicus Bogoriensis 1817 – 1942”. Leiden, E. J.Brill 1942: 19-46.

Nontji, A. 2009. Penjelajahan dan Penelitian Laut Nusantara dari   Masa ke Masa.   Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 433 hlm.

Pariwono, J. I., A. G. Ilahude & M. Hutomo. 2005. Progress in oceanography of the Indonesian seas.  A historical perspective. Oceanography 2005, 18 (4): 42-49. 

Soedibjo, B. S.,   M. Sitompul, A. Warsono & R. N. Maha. 2010. Satu abad lebih peranan strategis Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 111 hlm. Soegiarto, K. 1987. Menelusuri tonggak-tonggak sejarah Puslitbang Oseanologi LIPI. Oseana12 (3): 1-52. 

Soemodihardjo, S., K. A. Soegiarto, M. H. Moosa & Mulyanto (eds). 2005. Seratus tahun lembaga penelitian bidang ilmu kelautan LIPI 1905-2005.  LIPI, Jakarta: 196 hlm.

Sunier, A. L. J. 1921. Java Sea plankton available for investigation to specialists. Treubia II 154-155.

Sunier, A. L. J. 1923.   The laboratory for marine investigations at Batavia. A new tropical marine biological station. Treubia 3: 127-148.

van Aken, H. 2005. Dutch oceanographic research in colonial times. Oceanography 18 (4): 30-41.

Verwey, J. 1930. Coral reef studies. I. The symbiosis between damsel fishes and sea anemones in Batavia Bay. Treubia 12: 305-366.

Sample Text

Post Top Ad

Author Details

Video of the Day

Our Team

Post Top Ad

Know us

Contact us

Nama

Email *

Pesan *

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget